Jumat, 19 April 2013

Story Of PT Panjunan Cerpen Kisah Nyata Aaarrgghh

cerpen gokil, cerpen kisah nyata, kumpulan cerpen anak bangsa, cerpen unik, belajar membuat cerpen, cerpen perjuangan, cerpen motivasi, PT Panjunan Tambak Dahan, cerpen pendidikan, kisah nyata, cerpen galau, tempatnya penulis cerpen Indonesia, cerita pendek, gadis muslimah, story true, gadis berkerudung, gadis impian, gadis subang.

Sekarang saya sudah menemukan hoby baru Hoby Membaca Cerpen. Terus iseng-iseng saja bikin ini cerpen. Buat kamu-kamu yang sudah jago bikin cerpen terus pengen iseng ngasih cerpen ke blog-cilik kirim saja cerpen kamu ke emailblogcilik@yahoo.co.id atau bisa juga melalui form contact me klik disini. Dengan sangat senang hati saya akan mempublikasikannya. Jangan takut masalah visitor karena cerpen kamu akan dibaca oleh ribuan pengunjung perhari.

****
13 September 2012 
titit titit sebuah nada sebuah suara yang tidak semua orang memilikinya. Tanpa babibu segeralah kuambil handphone ku yang membuat geli karena getarannya dalam saku celanaku.

"Sms dari tetanggaku Erva" gumamku
"Kak sekarang lagi sibuk gak? tolong anter Erva ngambil baju di tukang jahit di Wates dong" isi dari sebuah sms yang membuatku malas untuk membalasnya

titii titit suara itu kembali mengusik kenyamanan santaiku.
"Ayo dong kak bentar saja kok" ini sms kedua kalinya dari si Erva yang tadi gak aku balas.

Meskipun aku malas akhirnya aku mengiyakan juga ajakan si Erva untuk mengambil baju di tukang jahit.
"Kapan? kalau sekarang tunggu lima menitan lagi aku mau mandi dulu"
"Ya udah gak apa-apa" balas si Erva

Bermalas-malasan memang cara yang tepat dan akurat buat mengisi hari-hari saat libur kerja. Daripada ngelakuin hal-hal yang negatif kan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain, Betul ?? Selain malas-malasan apa coba yang bisa aku lakuin selain ngeblog? Ngeblog dan ngeblog yang gak menghasilkan uang sepeserpun (hmmm tapi lain dulu lain sekarang).

Hey tapi kan sekarang sudah jam 4 lebih 35 menit masa aku harus melanjutkan acara malas-malasanku. Ya sudahlah ada baiknya juga aku menyetujui si Erva buat nganter dia ke tukang jahit

Kubuka pakaianku satu per satu. Mulai dari baju, celana, kolor dan semuanya. Lalu kuambil sabun untuk melumuri tubuhku yang gak bau juga gak wangi karena tadi pagi aku sempat mandi.

Gebyur,,,,,gebyur,,,,,gebyur,,,,seeeeer,,,seeeer,,,,krucuk,,,krucuk,,,krucuk,,#klotak,,#klotak suara air berjatuhan dari gayung yang baru saja mengenai seluruh badanku. Segar, Fresh and Semangaaaaat. Hilang sudah rasa malas dan kini rasa malas itu berubah seketika menjadi rasa yang sangat menggebu-gebu tak tahu kenapa. Kenapa? Entah karena anggapan aku saja. Tapi sore ini aku ngerasain semangat yang luar biasa, entah ini efek aku habis nonton Spongebob barusan. Entahlah,,tapi kayanya aku akan mendapatkan sebuah keberuntungan sore ini. Ini pirasatku yang mengatakan, sebuah pirasat yang tak tahu kenapa aku sangat percaya dengan pirasatku dulu-dulu juga.

Senja pun memerah di ufuk barat saat kulangkahkan si Merah ZR kuda besi tungganganku keluar rumah.

Setelah 10 menit motorku aku parkirkan di depan rumah malah si Erva belum juga kelihatan batang hidungnya secuilpun.

"Katanya pengen dianterin ngambil baju ke tukang jahit, malah sekarang gak nongol-nongol tuh bocah" gerutuku di dalam hati
"Sori lama soalnya tadi habis mandiin si ririn dulu" kata si erva yang tiba-tiba muncul dari arah samping rumahku.

Kuinjak pedal gigi kemudian kutarik gas motorku, Daan melajulah si Merah ZR dengan kecepatan pelan namun pasti dengan ditunggangi dua orang manusia diatasnya.

****

Setelah motor malaju sekitar 1km kini kami sampailah di daerah Wates.
Motor masih melaju pelan. Ku menoleh ke arah samping kiri sambil berucap "Va dimana tukang jahitnya?"

"Terus saja ke perempatan jalan yang mau ke arah Jatimulya" kata si Erva menegaskanku

"Nah itu" seraya si Erva menunjuk ke arah ruko kecil di pinggir jalan

"Yah kok tutup lagi sih" kata si erva lirih
Lalu si Merah ZR kuhentikan lajunya tepat didepan toko tutup itu dan aku hanya melihat sebuah tulisan *Terima Permak Levis* di atas sebuah triplek putih yang menggantung di depan toko

"Tutup Va, tar besok saja kesini lagi"

"Sudah dua hari ini tukang jahitnya tutup terus, capek bolak-balik terus mendingan tanyain saja ke ibu-ibu itu" ucap si Erva sambil melirik ke sosok ibu-ibu yang sedang duduk di depan tokonya yang berada di samping toko tukang jahit tersebut.

"Ya udah sok tanyain" suruhku kepada si Erva

"Gak ah malu"

"Sekalian tanyain dimana rumah tukang jahitnya yaaa" kata Erva

"Huh dasar, masa cuma nanyain kaya gitu doang gak berani" ucapku sambil turun dari motor

****

"Bu punten"

"Mangga"

"Bu punten bade ngiring tumaros, kok tukang jahitnya tutup terus ya bu? Ini teman saya mau ngambil baju sekolahnya katanya penting besok mau dipakai. Ibu tau rumahnya tukang jahit gak ?"

"Oo kalau rumahnya mah disana di belakang alfamart" kata si ibu sembari menunjuk ke arah gang disamping alfamart

"Gak jauh kok masuk saja ke gang itu"
"Tapi si abang tukang jahitnya belum datang soalnya dia lagi mudik ke Jambi, katanya sih ada acara hajatan saudaranya" kata si ibu menjelaskan

"Ya sudahlah percuma mau kerumahnya juga" cetusku di dalam hati

"O gitu ya bu, makasih ya bu"

"Iya sama-sama"

"Tar cobain saja besok kesini lagi" kata si ibu menambahkan

"Iya bu insyaallah tar besok mau nyoba kesini lagi"

Aku yang masih berdiri dari tadi masih enggan untuk meninggalkan toko itu dan secara tidak sengaja kini kedua bola mataku tertuju ke arah gadis cantik berjilbab yang sorot matanya lurus ke arahku.
Gadis itu berdiri mematung tepat didepan pintu. Mungkinkah gadis itu puterinya si ibu ?? Siapa dia?? Bibirnya, wajahnya, dan sorot matanya yang begitu indah. Ah kenapa dia tidak berpaling, pandangannya kenapa terus tertuju kepadaku. Aku juga tidak mau kalah untuk terus bertahan dari sorot matanya yang lurus memandang. Aku juga menatapnya, sedetik, dua detik dan berdetik-detik aku memandangnya. Perlahan dia,,,,,ah dia,,,,dia tersenyum kecil kepadaku. Aku tak pernah bosan memandangi senyumannya, lalu sejenak ku berpikir akankah senyumannya abadi?....Kusingkirkan ketakutanku akan senyumannya yang fana. Diam-diam kupandangi lagi wajahnya yang ayu seolah tak ingin sedetik pun kehilangan senyumannya. Senyuman gadis itu laksana obat dari pahit getirnya kehidupanku. Kembali kupandangi senyumannya, maka saat itu pun aku tersadar akan keadilan hidup yang nyata adanya.
Sial !!! Berakhir sudah senyumannya saat lelaki disampingnya tiba-tiba bangkit dari bangku kayu. "Neng meser rokok djinggo sabungkus" kata lelaki agak tua itu kepada si gadis berjilbab yang sempat memberikan secercah kebahagiaan lahir dan batin kepadaku tadi. Lalu sekejap wajah gadis itu menghilang dibalik lelaki bertubuh tinggi yang sudah agak keriput itu. Si ibu yang kutanyai barusan pun masuk ke dalam, entahlah mau apa si ibu itu. "Ah gak usah dipikirin kini yang ada di otak ku hanyalah si gadis cantik itu"

Tak disangka gadis itu keluar,,Daaan

Ah darahku mengalir deras, jantungku berdegup kencang saat gadis itu mendekat ke arahku. Sesekali dia mencuri pandang denganku dan mataku tak mampu untuk berpaling dari tubuhnya yang indah berkerudung.

"Woy ayo tunggu apa lagi ayo sapa dia !!!" kata hatiku yang sangat mensupportku. Ah aku kaku aku tak mampu menyapanya, dak dik duk jantung ini makin cepat berdetak.

"Ayo buruan mumpung ibunya ada didalam, kan gak malu kalau gak ada si ibunya mah. Ayo buruuu" lagi-lagi hati kecilku mendorong agar aku melakukan aksi basa-basiku sama gadis itu. Daaan....

"Kak udah belum dimana rumahnya si abang tukang jahit?" kata si Erva agak berteriak kecil
"Aku gak mau kesempatan ini berlalu saja tanpa ada hasil" gumamku dalam hati

Namun sifat jelekku kini muncul tanpa diundang,,,,,sifat jelekku yang selalu datang tanpa permisi,,,,,sifat jelekku yang tak mampu ku tahan agar tidak keluar,,,,,lagi-lagi sifat jelekku yang selalu datang dengan sendirinya tanpa sebab,,,,,ya inilah sifat jelekku yang tidak bisa berbuat sesuatu,,,,,,berbuat sesuatu yang lebih untuk mendapatkan seseorang,,,,,ya seseorang yang kurasa sudah memberikan lampu hijau,,,,,lampu hijau pada kesan pertama disaat kita saling memandang
*PECUNDAAAANG*

"yee lagi ngapain sih, kak itu cewek kayanya suka deh soalnya dari tadi dia curi-curi pandang terus sama kakak" kata si Erva berbisik pelan setelah berada disampingku

"Va kamu kan cewek, tolong pintain nomer hapenya dong sama dia" kataku penuh antusias berbicara pelan juga sama si erva

"Gak ah usaha sendiri dong"

"Ayolah Va plisss" aku mengiba berharap dapat pertolongan dari si Erva

"Gak mau ah"

"Ya udahlah pulang saja" aku malu pada diriku sendiri yang tak berani menyapanya, aku lelaki bodoh yang tak mampu berbuat apa-apa saat itu. Ah Erva Erva giliran aku butuh pertolongan malah dia gak mau bantu, dasar si Erva gak bisa diandelin

Kecewa dan sangat kecewa, sungguh kecewa,,kecewa karena aku gak sempat dapetin nomer hapenya.

"Tenang besok-besok juga masih ada waktu buat pedekate sama tuh gadis" suara hati yang masih mendukungku

****


Senja berlalu dengan sangat cepat beriringan rintikan hujan yang semakin deras, petir yang seketika menyambar didahului kilat bagai blizt kamera itu membangunkan lamunanku yang bisa dihitung lebih dari 10 menit. Waktu yang cukup lama itu berisi khayalan tentang sesosok gadis sempurna itu

"Ha ha kamu lagi ngapain klis??" tiba-tiba suara itu keluar dari sesosok makhluk..ya aku mengenali suara itu, suara itu sudah tidak asing lagi bagiku. Pemilik suara itu adalah sesosok makhluk yang berpakaian serba hitam yang biasa datang dari arah samping kiriku.

"cie cie lagi ngelamunin seseorang ya klis??" dia bertanya lagi kepadaku tapi kali ini bukan pertanyaan dari si makhluk yang berpakaian serba hitam melainkan pertanyaan dari sesosok makhluk yang biasa berpakaian serba putih. Dia selalu datang dan mendekat ke arahku dari sebelah kanan.

"Ha ha bodoh kalau loe gak bisa ngedapetin itu cewek" si hitam berbisik pelan

"Waw bodinya itu Klis muantap banget, gua dukung loe buat ngedapetin itu cewek, udah sikat saja"

"Ajak dia Klis rayu dia pasti loe bisa, gua jamin deh Klis"

"Loe pedekate sama itu cewek lewat sms dulu, seperti biasa Klis yang dulu biasa loe lakukan. Nah kalau loe udah bener-bener dekat sama itu cewek, jangan kabur hajar dah sesuka loe"

"Ini saatnya Klis mumpung kesempatan belum jauh menghilang, loe besok balik lagi dah ketokonya, loe pinta dah nomer hp nya"

"Mulai hari ini loe hilangin dah kebodohanmu, ingat body nya itu Klis wuiiih loe pasti bakal ketagihan dah"

"Astagfirulloh Klis" si putih berbisik pelan

"Jangan. jangan Klis. jangan dengarkan dia. Itu juga kalau kamu gak mau tersesat"

"Ingat Klis apa yang sudah kamu dengarkan dari ceramah ustad Yusuf Mansur tentang 10 dosa besar !!"

"Apa kamu gak takut?"

"Apa kamu harus mengorbankan perjuangan kamu dengan melumurinya lagi dengan hal itu, meskipun dahulu kamu belum terlalu jauh melangkah dan kemudian terhenti karena... "

"Ingat umur kamu sekarang, kalau kamu sekarang punya niat kaya gini bisa-bisa kamu akan jauh sama cewek tadi sore Klis. Harapan kamu akan sia-sia"

"Bukankah kamu menyukainya, jangan menyerah. Kejar terus kamu pasti bisa"

"Aku punya pirasat kalau cewek itu adalah cewek baik-baik Klis, pasti banyak laki-laki yang sedang berburu untuk menjadikan dia isteri. Kulihat dia akan menjadi isteri yang sholeha untuk suaminya"

"Kejar dia, kamu harus mengejarnya"

"Tapi sebelumnya kamu niatkan dulu semua ini untuk mendapatkan keridhoanNya. Sering-seringlah memohon kepadaNya agar kamu dimudahkan jalan untuk mendapatkannya.

"Aku yakin kamu pasti bisa, percayalah"

Kata kunci mengenai postingan ini :

Dongeng Asah Otak Untuk Mendapatkan Pino, Kumpulan Kisah Nyata, PT. Panjunan, Cerpen, Cerpen Masa Lalu, Bagaimana Cara Membuat Cerita Pendek, Cerpen Menarik,

Malam telah berganti, larut malam juga telah menyambut. Mata tak lagi bersahabat dengan layar laptop di depanku. Aku memutuskan untuk tidur. Berbaring melepas penat dan berniat untuk benar-benar pulas memejamkan mata.
Heh mata kapan kamu mulai terpejam? ini sudah larut malam.
Heh otak apa yang kamu pikirkan? segera beristirahat, aku sudah letih gumamku malam itu yang tak bisa tertidur karena sedang memikirkan sesuatu.
Sesuatu? aku rasa itu bukan sesuatu tetapi itu kamu, bidadariku aktor kehidupanku yang selalu sempurna dipikiranku, selalu sempurna dipandanganku.

"Ah sudahlah dia kan khayalanku tak layak rasanya aku terus begini"
"Toh itu juga salahku yang tak mau berusaha untuk mendapatkannya, meskipun hanya sekedar untuk mendapatkan nomer hapenya"
Bisa atau tidak aku harus berusaha memejamkan mata saat ini, takut telat dan kesiangan untuk berangkat ke kantor besok.

Alunan lagu bondan dari musix box kini semakin terdengar sayup ditelingaku, semakin kecil dan mengecil. Mataku kini perlahan mulai terpejam akan tetapi sesosok gadis berjilbab tadi sore masih sangat jelas tergambar.

Siapa,,,siapa,,,siapa,,,siapa dia (inginku tau namanya)
Siapa,,,siapa,,,siapa,,,siapa dia (andai dia tau apa yang kurasa)
Siapa,,,siapa,,,siapa,,,siapa dia (ahh,sudahlah jangan kau banyak tanya)

Yo' secepat kilat kencangkan mur dan sekrup di wajahku
Agar terlihat lebih PD pake nyong-nyong biar tak bau
Ditambah sdikit hair spay untuk rambutku yang kaku
Ok..lah skarang ku siap untuk maju (whuusssssh)

Perlahan tapi pasti itulah mottoku sekarang
Ku takkan pernah menyerah sebelum berperang
Senjataku sudah siap amunisi tinggal di kokang
Beng,,beng,,,ku ready kusiap menyerang

Agak deg-degan, ah itu mah udah biasa
(com'on man, lo waria atau wanita...?) gue pria !!
Langkah sok preman atau dibilang gentleman
Ku mendekatinya ingin lebih dari temen

Tanpa berpikir panjang akhirnya ku parkirkan motorku tepat di depan toko itu. Aku terpaku ketika sosok nan anggun itu lagi-lagi tersenyum kecil ke arahku. Darahku berdesir memenuhi setiap inci dalam tubuhku. Ada sedikit kesejukan ketika kupandang kedua sorot matanya yang bening. Kulihat dia memakai gaun yang sama seperti pertama kali kumelihatnya, namun kali ini dia tidak memakai jilbabnya seperti yang kemarin. Rambutnya yang panjang hingga ke pinggang dibiarkannya tergerai, sangat serasi dengan gaun hijau dihiasi kain bercorak batik membalut kulitnya yang kuning langsat.

Ku langkahkan kaki ini untuk mendekatinya yang masih berdiri manis penuh kedamaian. Kami hanya saling terdiam ketika aku dan dia saling berhadapan. Sedetik, dua detik, tiga detik dan satu menit kurang 55 detik kami masih tetap saja terdiam.

"mmm sendirian saja?? mana mamanya" suaraku mencairkan suasana kikuk pada saat itu

"Mamahnya lagi dirumah, bentar lagi juga datang"

"Mau cari mamah ya?" suara yang lembut itu keluar dari bibirnya yang merah basah

"Nggak juga,,,aku mauu...." suaraku terhenti lalu sebuah tulisan Jual Pulsa terlihat jelas tertempel di etalase

"Aku kesini mau beli pulsa" ujarku memperbaiki suasana

"Hmmm gak ada, sekarang mah udah gak jualan pulsa lagi a" yah kenapa di etalase itu tertulis Jual Pulsa yang begitu besar hurufnya sih. Aku harus cari alasan apa lagi dong kan aku jadi bingung. Apa aku harus bilang ada Rokok Marlboro Merah? Rokok kesukaanku,,,gak ah

Rasanya aku pingin ngompol berlama-lama berdekatan dengannya. Semakin lama mata memandang, pikiranku semakin melayang-layang serasa terbang di atas awan. Ah crot ..ada yang basah terasa...aku biarin saja...crot lagi terasa...ah aku gak peduli...ketiga kalinya crot lagi. Crot..crot..crot yah aku ngompol.

oh tidak tidak ini hanya perasaanku saja. aku belum ngompol aku harus kuat. Lalu kulangkahkan kaki ini menjauh sedikit darinya dan kuraih sebuah toples yang berisi permen kiss diatas sebuah etalase.

"Ini berapaan??" sambil ku pegangi erat-erat toples yang terbuat dari plastik.

"Seribu dapat empat a"

Lalu kuambil permen itu dari toples. Entah berapa biji yang kuambil lalu kemudian dengan refleks kuambil uang dari saku celanaku. Ku ulurkan tanganku yang dengan uang selembar lima ribuan ku genggam

"Permennya buat apaan sih a?" sebuah pertanyaan aneh yang tidak bisa aku jawab dengan rasional
"Doyan permen ya?"

"Dari mana sih a?"

"Dari Binong" jawabku pelan

"oo Binong, jauh-jauh dari Binong cuma pengen beli permen, di Binong gak ada warung ya?"
"Kok sekarang gak bareng sama ceweknya sih a?"

"Hah cewek? cewek siapa ? cewek yang mana?"

"Kemarin kan bareng sama ceweknya a"

"Oo itu mah bukan cewek a, itu mah tetangga"

"Mau gak ?" satu biji permen kutawarkan kepadanya
Jari-jari tangannya sedikit menempel dan begitu halus terasa ketika dia meraihnya dari tanganku

"Jangan menyerah ya !!!" ucapnya pelan
Sebuah pernyataan yang tak mampu kubaca arahnya itu keluar dari mulutnya begitu saja

"Kok jangan menyerah, maksudnya apaan nih?" tanyaku heran

"iii aa, aku mah cuma baca ini" seraya dia memperlihatkan permen itu lalu kuarahkan pandangan mataku ke arah benda kecil berwarna merah yang sedang dipegangnya, ya sebuah tulisan *Jangan Menyerah Yaa* dari bungkusan permen itu sangat jelas terlihat oleh pandanganku. Jangan Menyerah Yaa !!! apakah ini sebuah kata syarat makna dari dia kepadaku? atau hanya kebetulan saja, entahlah. Hanya dia yang tahu dan aku pun gak akan mencuri tahu tentang sesuatu yang baru aku tahu

"Ooh" Lalu kami saling tertawa kecil satu sama lain sehingga membuat suasana malam itu agak mencair

"mmm boleh minta nomer hp nya gak?" pintaku penuh dengan harap
Dia hanya terdiam, entah apa yang ada didalam pikirannya saat itu. Tak selang dari 3 detik kini dia mulai menggerakan bibirnya perlahan. 

"0852..." aku girang bukan kepalang karena saat itu juga dia mulai menyebutkan nomer hp nya. Seperti layaknya seorang Spongebob dalam film animasi cartoon yang sangat kegirangan disaat Spongebob mendapatkan satu ekor ubur-ubur dalam perburunnya sambil ditemani  dengan teman bintang lautnya. Lalu si spongebob menyerukan yel yel terakhir keberhasilannya  *Berhasil...Berhasil...Hore...Berhasil...Berhasil...Hore* dengan sangat lantang.

Lalu tanpa babibu langsung saja kuraih hp ku dari saku celanaku dengan sangat percaya diri

"iii berapa sih nomernya, lupa lagi"

"oh my God. ayolah pliss sebutin nomernya cantiiiik jangan bilang benar-benar lupa nomernya, ayo ingat-ingat lagi !!!" suara hatiku kini mulai harap-harap cemas

"ayolah jangan kamu jadikan lupa nomer hp sebagai modus karena kamu gak mau denganku" kini hatiku mulai aktif bersuara

"Hmmm maaf a dya ulang lagi ya"

"Iya" aku hanya mengangguk pelan

Kini dia mulai membuka lagi bibirnya secara perlahan dan aku hanya dapat mengagumi bibirnya secara diam-diam. Pikirannya mulai menerawang untuk mengingat sesuatu.

"0" satu angka yang dia sebutkan satu angka juga yang kuketik di layar hp ku

"85" dua angka yang dia sebutkan dua angka juga yang kuketik di layar hp ku

"280" tiga angka yang dia sebutkan tiga angka juga yang kuketik di layar hp ku

"35" hey kanapa kaya gini sih cara menyebutkannya, sebuah pendiktean nomer hp yang kurang wajar dengan orang lain menurutku.

"516 *?*" suaranya terhenti di angka terakhir..ya ampun padahal tinggal satu angka lagi kenapa masih lupa sih,,ayo ingat-ingat lagi

"085280355166 apa 085280355169 sih, Dya lupa lagi a"

"Mamaaaah nomer hp Dya berapa sih maaah, Dya lupa lagi" dia berteriak kecil kepada mamahnya

"hmmm Mamah kok lom datang-datang sih" akhirnya dia menyadari juga kan dari tadi mamahnya gak ada

"A Dya lupa lagi soalnya ini nomer baru"

"Dyaaa padahal tinggal satu angka lagi loh"

"Iya a, Dya bener-bener lupa, maaf ya" dia mengharapkan suatu toleransi kecil dariku. Kayanya memang benar dia lupa dan ini bukan modus

"Ya udah gpp, satu angka lagi mah biar a coba satu-satu"

"Anyway kita kan belum kenalan. Nama aku Ade Naxcuex, nama kamu siapa?"

"Cllaudia, panggil saja aku Dya" ucapnya seraya mengulurkan tangannya kepadaku

Bersambung.....


Apakah anda merasa terhibur setelah membaca cerpen kisah nyata ini?? Atau anda berniat ingin mengirim cerpen ke blog ini? Atau anda merasa kriuk-kriuk karena saking garingnya?? Atau ingin berkomentar??
Ini cerpen, cerpen gue. Ini blog, blog gue. Terserah gue mau tulis apa. Masalah buat loe ?? Ha ha...yang jelas aku sudah menemukan hobby baru. Moga aku bisa membuat cerpen bagus kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar